bernardus konradus j.lazar
153070104 / E
FENOMENA KOMUNITAS VIRTUAL DAN MANFAATNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL
Istilah virtual bisa kita artikan sebagai “sesuatu yang bersifat maya”, tetapi memungkinkan untuk menampilkan kualitas seperti nyata. Virtual disini dapat berupa berbagai macam teknologi, seperti yang sangat banyak diminati adalah internet (interconnected network), yaitu suatu jaringan yang terdiri dari ribuan jaringan independent yang dihubungkan satu dengan lainnya. Melalui internet semua orang dari negara manapun akan saling terhubung. Disinilah komunitas virtual bisa terbentuk.
Jika Anda mempunyai dan menggunakan e-mail, website, chatting dengan segala fasilitasnya maka Anda dapat dikatakan termasuk dalam komunitas virtual. Karena pada dasarnya komunitas virtual adalah sekelompok manusia dalam dunia maya (cyberspace) yang mempunyai minat yang sama. Dalam komunitas virtual kita bisa berkomunikasi baik secara tatap muka atau tidak dengan orang baik yang sudah kita kenal atau tidak dalam tempat yang berbeda. Anggota komunitas ini dapat dengan bebas saling bertukar pikiran, pendapat, pandangan, dan informasi melalui berbgai media maya. Biasanya yang terjadi dalam komunitas virtual adalah anggotanya akan lebih tertarik melakukan hubungan atau komunikasi pada konteks atau minat atau hal-hal tertentu yang mempunyai kesamaan tujuan. Misalnya para kaum muda biasanya termasuk dalan komunitas virtual dengan para nggota yang seumuran dnegan tujuan menambah teman atau untuk bersenang-senang, atau para ahli hokum bergabung dalam komunitas ini akan saling membicarakan tentang masalah hokum, Dari segi sosialisasi, rasa sosial kita sebgai manusia akan etrasa lebih besar karena dengan masuk dalam komunitas virtual maka kita dapat mengenal siappun itu dan adr manapun itu. Kita bisa dnegan mudah mencari teman dari daerah yang berbeda, pulau yang berbeda, suku yang berbeda, maupun negara yang berbeda. Menjadi anggota komunitas virtual akan memudahkan kita menemukan teman, sahabat, kekasih, atau tidak jarang juga yang menemukan pendampingnya dari dunia maya ini. Kita bisa saling bertukar pikiran, mendiskusikan atau hal-hal yang kita senangi. Dalam komunitas inipun kita bisa membicarakan pekerjaan, bisnis, atau masalah pendidikan. Dengan begitu pekerjaan tidak melulu dilakukan hanya dalam kantor, atau ruangan namun dalam jarak jauhpun kita bisa melakuakan bisnis kita.
Dalam komunitas virtual juga menyediakan aktivitas dimana setiap anggotanya bisa tergabung dalam forum atau komunitas yang mempunyai kesamaan hobby. Misalnya orang yang suka otomotif tentunya bisa menambah teman, atau relasi mereka dengan bergabung dalam suatu komunitas virtual yang menyukai otomotif pula. Atau pada kesenangan lain.
Dalam hubungannya dengan sosialisasi pula, komunitas virtual ini tentunya akan menjadi media komunikasi yang interaktif. Karena setiap orang dapat terlibat scera leluasa, walaupun bukan komunikasi secra langsung namun feedback yang dihasilkan pun bisa diketahui secara cepat, penyampaian pesan yang dilakukan pun beragam dapat secra verbal, tulisan, gambar, suara atau gabungan dari semua itu, selain itu media yang digunakan pun adalah media yang interaktif.Selain itu komunitas ini juga akan membentuk kode komunikasi baru. Banyak orang beranggapan komunikasi di dunia maya tidak bisa melihat mimic muka seseorang. Ada fasilitas webcam disini, atau melalui symbol-simbol emoticons atau lebih dikenal dnegan smiley yang bisa menggantikan kode non verbal yang sekiranya tidak bisa dilihat secra langsung. Kode ini berfungsi utnuk menghindarai kesalahpahaman arti pada komunikasi yang berlangsung.
Selain hal di atas, manfaat komunitas virtual lainnya adalah dapat menjadi perspektif lintas budaya. Saling tukar informasi tentang kebudayaan di dalam komunitas virtual tidaklah menjadi hal yang sulit lagi. Ya seperti sering disebit di atas kita bisa melakukan komunikais dengan siapa saja, di manapun dan kapan saja.
Hal ini tentunya membawa kemudahan kita dalam memenuhi kebutuhan kita sebgai manusia sosial. Tetapi perlu hati-hati pula senbagai anggota adri komunitas virtual. Bisa saja ada pemalsuan identitas atau foto diri yang dialkuakn beberapa orang teman dunia maya kita. Atau sikap hati-hati juga perlu mengingat dalam komunitas virtual ini, apa yang kita tulis, apa yang kita cantumkan dalam dunia maya berarti telah menjadi rahasia umum. Dan perlu diperhatikan juga dalam hubungannya dengan kodrat kita sebgai makhluk social. Boleh saja menyibukkan diri berkomunikiasi dan berinteraksi dengan banyak sekali orang dalam komunitas virtual tetapi bukankah kita juga harus menyeimbangi hal tersebut dengan tidak melupakan sosialisasi kita terhadap orang-orang yang nyata berada di lingkungan kita? Seperti tetap emmbina hubungan baik dengan keluarga, teman terdekat, atau tetangga kanan-kiri kita. Dengan demikian kita bias menjadi komunitas virtual yang tetap mempunyai jiwa social yang tinggi terhadap siapapun, dimanapun, dan kapanpun.
Kelebihan internet sebagai sumber segala sumber informasi, dengan adanya “google” sudah tidak perlu disangsikan lagi. Bahkan perkembangan terakhir sebagai sarana virtual networking, dengan Facebook sebagai leadernya, seakan kita terbius dengan dunia virtual ini. Dari berbagai data dan penelitian, bukan hanya peningkatan secara kuantitatif pada jumlah netter dan lamanya para netter akses di internet, bahkan secara kualitatif para netter sudah masuk demikian dalam ketergatungannya pada dunia virtual ini. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk kita ungkap, sayangnya yang di Indonesia masih sangat sedikit penelitian yang memfokuskan diri pada aktifitas para netter dengan berbagai dinamikanya. Sekarang di negara-negara maju telah berkembang sebuah framework penelitian yang mengkhususkan pada kehidupan virtual, yaitu: netnography, sebuah studi etnografi yang dikerjakan secara online. Observasi bisa dilakukan dalam diskusi-diskusi di mailing list, yang diikuti dengan eksplorasi secara lebih mendalam melalui online chatting dengan responden.
Kalau dulu berbagai rumor atau berita, selalu bersumber dari media konvensional seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi baru menjadi berbagai rumor dalam berbagai millist atau portal berita. Sekarang sebuah berita atau fenomena yang ada di dunia virtual sudah menjadi bahan berita media konvensional. Salah satu contoh yang akhir-akhir ini muncul misalnya plesetan iklan Ponari Sweat di berbagai millist juga mendapat liputan Koran dan TV serta berbagai rumor foto para artis dengan pakaian sexy turut juga meramaikan kancah media konvensional terutama pada acara-acara infotainment.
PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI
Di tahun 1980 masih banyak diantara kita di Indonesia yang belum melek komputer, sehingga pada saat itu kita sudah sangat bangga jika menggunakan mesin tik elektronik. Tahun 1987, kita mulai mengenal komputer ber-prosesor 286, dimana untuk menghidupkannya masih menggunakan disket DOS. Selain itu sistem operasi pada saat itu msih belum open system, sehingga sistem PC tidak dapat berkomunikasi dengan sistem lainnya yaitu Mac.Untuk mengirimkan files kepada seseorang yang berlainan
Saat ini teknologi komputer sudah berkembang demikian pesatnya . Di pasaran komputer kini telah sampai ke teknologi komputer berprosesor Pentium IV dengan kecepatan sampai 2 Gz dan memori 1.5 GB. Orang juga dapat dengan mudah berkomunikasi dan bertukar informasi walau pun sistem operasi komputernya berbeda, karena kini sistem operasi sudah open system. Untuk mengirimkan file, semudah mengklik sebuah program. Fungsi kantor pos untuk berkirim
Hal yang sama terjadi dengan teknologi komunikasi (telpon). Tahun 1977, mobile telepon masih sebesar tas jinjing. Kini ukuran dan kemampuan mobile telepon sudah melompat jauh. Ukuran mobile phone kini sangat kecil dan dilengkapi dengan teknologi baru seperti Blue Tooth dan GPRS. Telpon seperti ini dipadukan dengan PDA, mampu membawa pemiliknya ke dunia maya secara mudah, tanpa perlu pasang-pasang kabel. Operator telpon juga semakin banyak, tahun 1975 kita hanya mengenal Telkom untuk telpon rumahan dan teknologi AMPS untuk mobile telepon. Kini kita memiliki lebih banyak pilihan misalnya Telkom, Ratelindo, C4, AMPS, GMS 900, CDMA, GMS 1800, dan PSN (telpon satelit). Untuk sambungan internasional pun tersedia alternatif yang jauh lebih murah melaui VOIP di internet.
Trend di atas mau tidak mau akan berimbas pada perkembangan industri retail di tanah air. Retailer di
Saat ini jumlah pengguna internet di
Produk apa yang cocok dijual melalui internet? Produk yang penjualanya didukung oleh impulse buying atau produk tak bermerek yang karakteristiknya ditentukan oleh evaluasi secara organoleptik (evaluasi pancaindera terhadap bentuk, tekstur, warna, rasa, dan bau), tidak akan sukses jika dijual melalui e-retailing. Produk yang cocok untuk dipasarkan melalui internet adalah produk rasional. Artinya produk yang dijual harus produk yang mudah dideskripsikan, memiliki loyalitas merek yang tinggi atau mereknya sudah demikian dikenal oleh target pembelinya, misalnya buku, komputer, camera, appliances, peralatan kantor, produk kecantikan, produk kesehatan dan pakaian. Riset dari BCG, menunjukkan bahwa kategori seperti komputer, buku, mobil, produk kecantikan dan kesehatan merupakan kategori yang paling pesat pertumbuhan penjualannya di internet. Untuk produk makanan dan toiletries, hanya merek-merek terkenal yang paling umum dikonsumsi yang mungkin sukses dijual secara e-tailing. Sedangkan untuk produk fresh seperti daging, ikan dan buah masih sulit untuk dipasarkan melalui e-tailing karena perilaku pembelian konsumen yang sangat khas untuk produk-produk ini. Untuk membeli produk fresh pembeli butuh melihat, menyentuh dan membaui terlebih dahulu sebelum memutuskan pembelian.
Didukung oleh perkembangan teknologi PDA, barcoding dan mobile telpon, e-tailing masa depan akan sangat jauh berbeda dengan praktek yang terjadi sat ini. Pada masa depan berbelanja akan semakin singkat, mudah, dan praktis. Kita dapat memesan produk melalui PDA/mobile phone yang dilengkapi dengan barcode scanner, bayar dengan ATM atau credit card secara on-line. Teknologi I-Home yang dikembangkan oleh Cisco Systems, bahkan sanggup membuat kulkas kita memesan barang secara langsung ke supermarket, jika stock barang di dalamnya dibawah stock minimum yang kita set. Selanjutnya pesanan dapat kita ambil sendiri atau langsung diantar via delivery service.
Selain berbelanja melalui internet, tentunya di masa depan kita juga masih dapat berbelanja langsung ke supermarket. Namun supermarket masa depan akan jauh berbeda dengan supermarket yang ada saat ini. Jika sekarang kita memilih barang dan meminta cashier menscan barcode-nya, maka di masa depan kita menscan sendiri barang yang kita inginkan dengan handheld terminal yang disediakan toko atau PDA yang kita miliki. Lalu meletakkan barang di trolley khusus yang dilengkapi barcode reading dengan teknologi seperti blue tooth. Jika barang belum di-scan, alarm pada trolley akan berbunyi, mengingatkan kita untuk menscannya dulu. Total harga barang yang telah di-scan dapat dibayar via ATM atau credit card secara on line lewat PDA atau hand phone. Selanjutnya kita langsung menuju pintu keluar untuk mengambil receipt dan membungkus belanjaan.
Toko-toko mungkin tidak lagi membutuhkan cashier atau pun cash register.
Di masa depan fungsi seller (pramuniaga toko) dapat digantikan oleh tokoh animasi, yang dengan sigap dan tak kenal lelah menjawab seluruh pertanyaan calon pembeli melalui computer station yang dipasang di area toko. Jadi jangan kaget jika di masa depan kita dilayani oleh Lara Crox, saat berbelanja di supermarket.
Perkembangan teknologi e-retailing dan e-barcoding , akan mendorong berkembangnya pelayanan cyber price survey. Melalui jasa seperti ini, jika ingin mengetahui atau membandingkan harga yang ada di pasar, konsumen dapat dengan mudah mengakses situs tertentu dan memperoleh informasi tersebut. Informasi yang diberikan dapat berupa Nama Barang, Nomor Barcode, Nama Manufacturer, Spesifikasi Barang, dan Harga Jual di retailer A, di retailer B atau retailer lain yang diminta.
Dengan teknologi seperti ini mekanisme pasar akan lebih effisien. Konsumen akan semakin mudah menentukan, retailer mana yang lebih murah dan mana yang lebih mahal. Jika tidak memiliki nilai tambah yang significant, jangan harap retailer dapat menarik hati calon pelanggan. Semakin jelaslah bahwa dimasa depan retailer harus ekstra keras mengeffisiensikan sistem operasi dan sistem supply chainsnya jika ingin sukses. Hilangkan in-effisiensi dalam supply chain, kurangi jumlah supplier untuk satu jenis produk yang sama 25% setiap tahunnya, berikan empowerment kepada tiga orang terbaik bukan anggota keluarga untuk mengelola usaha, jauhkan sepupu dari usaha kita, rekruit orang-orang yang memiliki integrasi, dan berikan mereka gaji dan benefit yang memuaskan. Tanpa itu … selamat tinggal! Dan selamat bergabung di dunia under dog!
Trend berikutnya yang akan terjadi dengan diserapnya perkembangan TI ke