Rabu, Desember 22, 2010

Natal Di Dadaku.

Kapan yah natal ?.
sebuah pertanyaan yang tidak butuh jawaban,tidak perlu jawaban,sudah ada jawaban,dan tidak perlu teman-teman pikirkan jawaban atau tak perlu baca pertanyaannya.haah.


Itulah yang mungkin belom saya dapatkan ketika berada di jogjakarta yang istimewa ini.
saya bukan mau menyalahkan jogja dan orang-orang yang tidak bisa membuat saya merasakan natal,tetapi mungkin saya yang sebenarnya tidak bisa menemukan ambience natal di kota yang menurut saya adalah TMII sebenarnya ini teman-teman.


Apalagi natal ke empat yang saya jalani di jogja ini..wooow saya semakin kehilangan ambience itu.


Tetapi setelah saya pikir-pikir dan rasa-rasa
saya mengambil sendiri keputusan sepihak.
kenapa saya harus pusing-pusing dengan hal ini


seperti main bola..
bagi saya setiap pertandingan adalah final
maka saya pun meng convert nya teman-teman bahwa
setiap hari adalah natal.
buat saya.


alasan bodohnya adalah biar saya tidak perlu pusing-pusing dan merindukan datangnya natal
yang hanya satu tahun sekali,
atau juga walaupun banyak kesibukan yang jalas dan jelek2 nya sampai gak ingat waktu.
owh damn.
saya juga gak akan kelewat natal yang hanya satu hari itu saja.
karena bagi saya tiap hari adalah natal.
[ sowry2 saya cukup yakin kalau alasan ini yang sepakat cuma saya ]


alasan kedua,[ agak masuk di akal ]
bagi saya natal itu memang datang di setiap hari..
setelah saya baca-baca buku,searching2 di internet
dan yang paling penting adalah lewat apa yang saya alami ,dengan kata lain pengalaman saya
natal hadir lewat orang tua kita,lewat saudara2 kita ,
lewat teman2 kita , dosen atau apalah yang berhubungan dengan kita..
baik yang selalu support kita untuk menjadi lebih baik..
karena natal bagi saya adalah titik dimana kita menyambut orang yang sangat kita nantikan
dan mempersembahkan kepadanya apa yang telah kita kembangkan,kita usahakan,kita lakukan di dunia berdasarkan bakat dan talenta yang telah di berikanNya kepada kita.
Dan berjanji kepadanya untuk menjadi lebih baik di hari-hari selanjutnya.
Tanggal 25 desember adalah puncaknya,yang bagi umat katolik seluruh dunia yang dirayakan sebagai hari natal,,hari kelahiran Tuhan Yesus.


Jadi kalau kita bisa berjanji dan menjadi lebih baik di setiap hari,
maka itulah natal .
itu menurut saya teman-teman. ha ha












photo : http://ashwings.deviantart.com/art/Winter-fire-190537176?q=boost%3Apopular+meta%3Aall+max_age%3A8h&qo=14


Sabtu, November 13, 2010

KEEP SINGING .

Flores people generally inherit a very strong musical talent. Everywhere people singing, dancing and having fun. In these circumstances they keep humming sulitpun. Although people in the region are familiar with food shortages, starvation (poor), did have a point. But if you come to Flores, you will easily find a fresh atmosphere. Song of the people of Flores are identical with the daily life of local residents.
Is not that the island of Flores poor? The hard place? Perhaps this is true. But since the first local residents did not feel poor. Although poverty is wrapped around the daily life of citizens, but citizens do not feel poor. In fact, in these conditions, they also keep humming melodious.

Music, singing and dancing together always go hand in hand. Three aspects of it as liberating people from the shackles of pressure nan live weight. Singing is like a solace.

Who sing not only the children or adolescents and school children. Grandfathers 60s who sat ditangkai palm trees to take sap (used as a wine) is also always humming, singing with ease.

The fishermen singing. The children sing, mothers humming while playing or working yarn maker ikat. It was arbitrarily made naturally, spontaneously, do not expect personal gain or praise from anyone.
Because it is not wrong if a number of writers-even the researchers wrote his impression that impression from the western tip of Flores Island to the east end, not only interest but also the island 'island music'.
Musicality of Flores was felt at all in the Catholic Church throughout Flores and even Indonesia. So many songs sung liturgical inculturation Indonesian Catholics is the fruit of Flores music.

Coaches choir, soloist, composer church songs mostly come from Flores, East Nusa Tenggara Province (NTT). Even the Music Center for Liturgy (PML) Jogja was the most widely held workshops in liturgical music composition Flores.
Jap adak Kunst (1942), researchers did a lot of music that most research on music in Indonesia before independence.
He writes:

"Actually I think the population of Flores more musically gifted than the tribes in Indonesia other famous like Sumatra, Java and Celebes. I never heard voices singing a pretty good fit. That's different from those in Flores. Many men are very melodious voice, singing simple songs on the banks of the river, my ears still ringing, melody is also very nice people of Europe. "

"........ Flores and where people are rowing with no singing pantunnya, complete with soloist and the repetition is sung in the choir? Among the artifacts soloist voices that with better training to become a voice tenor, soprano and bass is good. "(Kunst, 1942, p. 11). (* / Kro / from various sources / Flores Star)

text : translate from www.inimaumere.com
photo : bernard lazar in maumere+lembata_flores_ntt_indonesia jully 2009